Jumat, 20 November 2020

Mencegah Radikalisme berbasis Agama di kalangan Mahasiswa Universitas Diponegoro


Radikalisme yang merupakan paham radikal yang bertujuan membuat perubahan politik yang dilakukan secara ekstrem tidak seharusnya tumbuh dalam bangsa yang nasionalisme. Namun paham ini merupakan bahaya laten yang dapat muncul kapan saja sehingga perlu diberikan pemahaman dan pembelajaran bagi warga negara Indonesia untuk berpegang teguh pada pendiriannya dan tidak mengikuti aksi radikalisme. Sebagai PTNBH di Indonesia yang menjunjung tinggi nilai nasionalisme, Universitas Diponegoro telah melakukan Program Penguatan Ideologi Kebangsaan bagi seluruh civitas academica. Program terbarunya yaitu “Kuliah Umum: Mencegah Radikalisme Berbasis Agama di Kalangan Mahasiswa Universitas Diponegoro” yang diadakan pada 17 November 2020 secara live melalui aplikasi Zoom dan Youtube.

Pada acara yang diselenggarakan oleh TIMARU (Tim Anti Radikalisme Undip) ini hadir sebagai pemateri yaitu Gus Taj Yasin Maimoen yang menjabat sebagai Wakil Gubernur Jawa Tengah, dan Ir. Sutopo M.Sc., Ph.D. yang merupakan pengajar Fakultas Peternakan dan Pertanian Undip. Adapun moderator acara ini adalah Dr. Ir. Munasik, M.Sc., dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Undip. Acara dibuka dengan sambutan Rektor Undip, Prof. Dr. Yos Johan Utama, S.H., M.Hum. Beliau menyampaikan bahwa rasa persatuan dan kesatuan harus ditanamkan dalam diri setiap manusia sejak dini. Indonesia yang merupakan negara multikultural memiliki banyak agama, dan agama seharusnya memunculkan sikap saling hormat, saling sayang, bukan saling membenci. “Toleransi itu penting. Kita menolak paham radikalisme yang membawa jargon agama, yang dapat menimbulkan perselisihan umat agama satu dengan umat agama lainnya. Kita semua adalah satu, bangsa Indonesia”, ucap prof. Yos dalam sambutannya.

Wakil Gubernur Jateng, Gus Yasin, mengungkapkan bahwa di masa sekarang terdapat para penyampai ilmu agama yang menyampaikan ajaran yang berbeda dengan ajaran agama aslinya. “Agama itu benar, fanatisme-nya yang perlu dihindarkan”, ungkap Gus Yasin. Dilihat dari perspektif agama, bibit radikalisme dapat muncul ketika muncul rasa fanatis terhadap satu golongan atau mazhab. Beliau menjelaskan bahwa munculnya bibit radikalisme harus dicegah, sebagai warga negara Indonesia kita harus patuh terhadap pemerintahan yang nasionalisme. Keagamaan yang kuat dapat menjadi dasar namun toleransi dapat berjalan seirama. “Bhinneka Tunggal Ika menyatukan perbedaan di Indonesia, Allah menciptakan banyak manusia yang berbeda-beda, namun perbedaan itu adalah rahmat”, pungkas Gus Yasin.

 

Sumber :undip.ac.id

#UniversitasDiponegoro

#Undip

#UndipJaya

#DiponegoroUniversity

#UndipExcellent

#UndipMaju

0 komentar:

Posting Komentar

Contact

Talk to us

Informasi Lebih Lanjut dan Kontak dennyhendrik98@gmail.com.

Address:

Jalan Banjarsari Raya No 27A Tembalang Semarang

Work Time:

Monday - Friday from 9am to 5pm

Phone:

6281339285456

Diberdayakan oleh Blogger.